Belajar di Minggu yang Supersibuk!
11 MaretHuaa, rasanya kangen luar biasa sama aktivitas menulis.
Ada banyakkk ide, dan banyak hal yang ingin aku sampaikan lewat tulisan. Tapi waktunya yang nggak ada. Hiks.
Di semester ini jadwalku memang nggak keruan. Masuk kelas pagi, jam 8, selesainya jam 4 sore, ditambah sertifikasi mandarin BTD 1 sampai jam 6 sore.
Dan, aku sudah terdaftar jadi peserta kelas fix Bahasa Mandarin di Rumah Bahasa Surabaya.
Mulai kelasnya jam 7 malam, selesai jam 8.30-9.00 malam.
Huwauwww, aku kebingungan ngatur waktunya 😂.
Sempat terpikir buat berhenti dari kelas fix di Rumah Bahasa. Tapi rasanya berat bangettt, karena di sana orangnya asyik-asyik, bisa dapet banyak kenalan baru. Dan materinya pun beda dari yang aku dapet di sertifikasi kampus. Kan lumayan, bisa lebih cepat belajarnya.
Dan, waktu aku bener-bener capek dan pengen nyerah dari Rumah Bahasa ini, mamaku ngasih semangat.
Karena dapetin kelas fix ini nggak gampang, harus rebutan sama orang-orang se-Surabaya.
Bayangin, kuotanya cuma 25 orang, tapi harus rebutan sama jutaan orang di Surabaya!!!
Sayang banget kalo dilepas begitu aja.
Selain menceritakan secuplik kesibukanku yang berakibat pada kudetnya blog ini, aku mau share sedikit tentang pelajaran berharga yang aku dapet di minggu ini.
Sebelumnya, aku itu susah banget untuk bersyukur. Terutama untuk masalah keuangan ya, aku banyak terpengaruh teman, terpengaruh sosial media. Melihat orang lain yang kehidupannya kelihatan lebih 'wah', jalan-jalan ke mall tiap hari, beli barang branded, dan lain sebagainya.
Emang sih, apa yang orang lain upload di instagram belum tentu sesuai dengan kenyataan yang dia jalani.
Tapi aku merasa itu keren, dan aku pengen bisa kelihatan keren gitu juga.
It's not good, i know. But i can't deny this feeling.
Sampai pada akhirnya aku kayak stress sendiri, bingung pengen kerja ini-kerja itu, pengen bisa menghasilkan uang.
Padahal sering dikasih uang saku sama saudara dari luar kota.
Anehnya, setelah dapet uang saku aku malah stress sendiri, merasa uangnya kurang, pengen beli barang tapi pengen ditabung juga.
Then i realized, this is not good.
Baik untuk sekarang, atau di masa depan, ini bukan pola pikir yang bagus. Kehidupanku rasanya bergantung sama uang. Berpikir uang, uang, uang.
Itu terjadi di semester lalu sih, soalnya di penghujung libur pergantian semester ini banyak yang menginspirasi aku. Dan entah kenapa, pola pikirku seakan berubah begitu aja.
Semenjak perkuliahan semester ini dimulai, aku merasa bisa lebih menikmati hidup, mensyukuri keadaan.
Meskipun di semester ini kebutuhanku lebih banyak. Mulai dari bensin, pulsa, sampai harga jajan di kantin yang naik drastis. Sementara uang jajanku nggak naik sedikitpun, semua tetap tercukupi, kok!
Aku nggak meminta dari siapapun, nggak mengambil uang tabungan, semuanya benar-benar pas.
Dan yang bikin aku bener-bener merasa amazed, ketika uangku benar-benar habis, selalu ada aja yang memenuhi kebutuhanku.
Mulai dari mama yang mendadak nawarin apa yang aku butuh, sampai kakak tingkat yang bagi-bagi honor kepanitiaan kemarin.
Itu keren banget nggak, sih?!
Di sini aku percaya, Tuhan turut bekerja.
Dia mengerti betul apa kebutuhanku, tanpa perlu aku meminta. Dia benar-benar memelihara aku.
Dan setelah aku belajar bersyukur atas semua yang ada, hidup ini terasa jauh lebih indah.
Nggak peduli seberapa kaya, jabatan, kepandaian, atau apapun yang kita miliki saat ini, semuanya sia-sia kalau kita nggak bisa bersyukur.
Semua orang punya jalan kehidupan berbeda, dan kita nggak bisa melihat kehidupan seseorang sebenar-benarnya hanya melalui media sosial.
Itu semacam profil palsu belaka. Yang kini sering dijadikan wadah pamer.
Semua berlomba-lomba tampak hits, glamor, cantik/ganteng.
Sampai akhirnya terlalu sibuk memoles profil di dunia maya, dan lupa akan dirinya sendiri. Tidak tahu dia siapa, dan tidak tahu apa tujuan hidupnya.
Menyedihkan.
Intinyaaa, media sosial ini memang membuat kita jadi semakin sulit untuk bersyukur. Jadi harus bijaksana dalam menggunakannya.
Dan, bagaimanapun situasi dan kondisi yang ada saat ini, kita tetap harus bersyukur.
Orang yang paling bahagia hidupnya adalah orang yang mampu bersyukur. Masih mampu tertawa dalam situasi berat sekalipun.
Tetap semangat, dan jangan lupa bersyukur!
0 komentar