Ulang Tahun Apollo
04 Mei"Usia dalam konsep hidup manusia ternyata bukan hanya tentang perhitungan tahun saja, setiap angka seolah menjadi kotak berisikan daftar misi yang harus diselesaikan oleh masing-masing orang."
-----
“Semoga
panjang umur!”
“Cepat
ketemu jodoh!”
Kue, nyanyian, tepuk tangan, bau sumbu gosong, hingga penampakan kertas kado, semua hadir untuk membuat ritual ini lengkap.
Entahlah, sampai
hari ini aku juga belum paham tentang ritual yang diberi nama ‘ulang
tahun’oleh para manusia, meski sudah genap dua puluh satu kali ritual
seperti ini diadakan bagiku.
Mengapa, sih, harus dinamakan ‘ulang
tahun’? Apanya yang sedang diulang? Mungkin mereka berbicara tentang ritual
tahunan ini, lalu menamakannya demikian. Bukankah lebih baik dinamakan ‘ulang
ritual’, atau ‘ulang pesta’ saja? Nama ini rasanya lebih baik dan sesuai.
Lagipula, kenapa hal seperti ini harus dirayakan, bahkan dibuat
pesta? Bukankah tidak ada yang menyenangkan dengan ‘ulang tahun’?
Dulu, sih,
aku juga sempat mengira bahwa Ulang Tahun itu menyenangkan. Aku melihat ada
banyak anak manusia yang mendapat benda kesukaan, makanan kesukaan, juga
teman-teman untuk berbagi kebahagiaan. Langit pun turut kebagian sukacita yang
dirayakan oleh para manusia. Bertambah tua tampak begitu menyenangkan di bumi.
Namun ketika
merasakan sendiri, bagaimana menjadi manusia, aku mulai menyadari kenyataannya
yang agak getir, masam, bahkan cenderung pahit. Ulang Tahun itu tidak
menyenangkan sama sekali. Kau bayangkan saja, aku bisa mendapat apa yang kuinginkan
hanya sekali dalam setahun. Itupun berhenti seturut dengan usainya pendidikanku
di bangku Sekolah Dasar. Ketika aku belum sempat membuat daftar prioritas
barang ataupun hal-hal apa saja yang kuinginkan.
Sebenarnya, apa yang dirayakan? ‘Selamat’ untuk apa? ‘Panjang
umur’ supaya apa?
Sebab di bumi, penambahan
umur, berarti penambahan tanggung jawab, tugas, juga harapan-harapan–baik dari orangtuaku,
maupun manusia-manusia lainnya.
Kadang, umur juga bisa jadi alat untuk menyerang. Sebab tidak jarang kudengar beberapa manusia berkata “Di umur itu, harusnya dia sudah begini-begitu... Di umur itu, dia harusnya sudah mengerti ini-itu,” dan beragam kalimat senada lainnya.
Kadang, umur juga bisa jadi alat untuk menyerang. Sebab tidak jarang kudengar beberapa manusia berkata “Di umur itu, harusnya dia sudah begini-begitu... Di umur itu, dia harusnya sudah mengerti ini-itu,” dan beragam kalimat senada lainnya.
Usia dalam konsep
hidup manusia ternyata bukan hanya tentang perhitungan tahun saja, seperti apa
yang pernah Artemis ceritakan padaku. Lebih dari itu, setiap angka seolah
menjadi kotak berisikan daftar misi yang harus diselesaikan oleh masing-masing
orang. Belum lagi dengan kuk tambahan lainnya yang diberi oleh sejumlah manusia
lain. Seperti aku, yang sementara tinggal di sini pun dituntut untuk sudah mengetahui
hal ini, bisa melakukan itu, dan lain sebagainya. Semua manusia sama saja.
Uniknya,
konsep-konsep seperti ini ditentukan oleh manusia sendiri. Tapi mereka lupa
dengan latar belakang, kemampuan, serta kondisi berbeda pada setiap orang, dan
ini mungkin bisa menghambat mereka untuk ‘menyelesaikan misi’. Lalu jika ada
yang belum selesai, manusia itu bisa dipandang sebelah mata oleh manusia
lainnya. Sistem ini jelas menyiksa mereka, sang penciptanya sendiri. Apa boleh mereka
kuberi label ‘bodoh’?
Pantas saja Metis, sang bijaksana itu suka geram sendiri melihat tingkah makhluk ini.
Pantas saja Metis, sang bijaksana itu suka geram sendiri melihat tingkah makhluk ini.
Aku jadi
ingin cepat-cepat menyelesaikan hukumanku di sini. Athena memang sialan! Bukannya
membantuku menyusun strategi membangun menara kartu, ia malah lewat tanpa
permisi, pakai menyenggolku pula! Bagaikan domino, menara kartuku jatuh dalam
sekejap mata, dan itu menghantarkanku ke planet membosankan ini. Sebagai imbas
kekalahan membangun menara kartu melawan Artemis. Dia pasti tengah tertawa melihat
penderitaan yang sebenarnya tidak harus kualami, karena robohnya menara itu, kan,
bukan salahku! Dasar Artemis!
Ah, tapi tak
apalah kujalani saja. Nanti aku jadi punya banyak cerita untuk mengobrol dengan
Tuhan di jam minum teh. Kuharap Artemis tidak berbuat curang dengan menambah
menit di timer hukumanku ini.
0 komentar