Sembuhlah

06 Juli

Banyak orang mencari cara untuk sembuh.


Mereka bertanya ke sana kemari,
membaca buku ini-itu, artikel itu-ini,
namun sejatinya tak pernah berusaha untuk sembuh.


Mereka hanya sibuk mencari cara,
mengais keprihatinan atas luka yang tak pernah dirawat
bahkan dicabik-cabik sendiri dengan isi kepalanya
hingga luka itu makin menganga,
berdarah, lebar, bernanah,
perih.

Mereka pergi berobat,
tapi enggan menenggak pil pahit
yang sebenarnya cuma terasa sekian detik saja.
Mereka ingin sembuh,
tapi tak mau meneteskan obat merah
sebab perihnya luar biasa
padahal cuma terasa sebentar saja.


Ada yang bilang, menangis saja jika semua terasa pedih.
Ya, tangis memang menenangkan
tapi tidak menyembuhkan.

Ada pula yang bilang, berjaraklah agar lukamu berangsur sembuh.
Hei, jarak hanya meredakan, tidak mengeringkan
jika jarak itu hilang, mungkin lelehan dari matamu akan menetes lagi,
dan buat lukamu basah lagi.


Luka harus dirawat dengan benar, kan?
Ada kalanya ia harus ditutup rapat-rapat setelah diberi obat
agar tak ada kuman yang masuk, dan gerogoti dirimu lebih dalam
melalui luka menganga itu.

Tapi, ada kalanya juga lukamu harus dibuka,
diekspos, ditunjukkan, diangin-anginkan agar cepat kering.
Supaya semua orang tahu kalau ada luka di sana,
dan harusnya mereka berhati-hati untuk tidak sembarangan menyentuhnya.

Kalau luka itu akhirnya sembuh,
bukan karena reaksi kimia obat, apalagi usaha udara yang merawat lukamu.
Lukamu sembuh sebab tubuhmu sendiri
yang berusaha bangun, menumbuhkan sel kulit baru.

Jadi, satu-satunya langkah termanjur untuk bisa sembuh dari semua lukamu ada dalam dirimu sendiri.
Tidak ada orang, tidak ada kata-kata yang dapat menguasai benakmu selamanya.
Semua tergantung pada kamu, mau sembuh atau tidak.


Tidak didengarkan? Teriak!
Tidak dianggap? Bangkit!
Terus disakiti? Tinggalkan!


Dunia ini masih punya banyak keindahan yang dapat kamu nikmati.

You Might Also Like

2 komentar

Music

nlart · Maru