Clarissa's Journal

Usia tak jadi penentu kedewasaan seseorang.

Ada dolar, juga rupiah
pada seringai simpulnya.

Digenggam, ia menjerit.
Dilepas, ia mencabik
lukai raga, lukai jiwa, bala negara.

Aku menulis ini dengan harapan bisa lupa dengan rasa cenat-cenut gigi.

Tampak depan House of Sampoer

Beberapa minggu yang lalu, aku memberanikan diri untuk ikut lomba menulis artikel yang diselenggarakan oleh salah satu situs travelling.
Karena biaya pendaftarannya pun gratis, ya anggap saja coba-coba berhadiah, sekaligus menambah pengalaman.


Alasan utama ikut lomba, ya karena ingin menang tentunya. Apalagi melihat postingan yang sarat akan komentar, kukira pesertanya sedikit dan ada peluang menang yang besar.
Aku belum pernah menulis artikel travelling meski sudah sekian lama berkecimpung di dunia tulis-menulis. Ini juga jadi tantangan baru.

Langit tiada henti meneteskan airnya, membasahi seluruh sudut kota Surabaya.
Beberapa ruas jalan dijadikan tempat berkumpul oleh rintik hujan yang tak kebagian tempat.
Beberapa lainnya dijadikan tempat tinggal sementara, sebelum mentari menyapu rintik-rintik itu.

Mereka bilang, saat hujan uap panas di bumi tertindas oleh air hujan. Maka angin membawa dingin.

Matahari agaknya malu-malu tunjukkan senyumnya pagi ini.