Selasa, 6 Februari 2018 - Berkabung
06 Februari
Rasanya sedih luar biasa.
Hingga tak mampu menahan air mata.
Rasanya sesak luar biasa.
Tidak dapat diungkap dengan kata.
Rumah jadi terasa semakin sepi, karena dia sudah tiada.
Masih belum bisa membayangkan, dia yang biasanya ada sejak pagi aku malas membuka mata hingga aku hendak memejamkan mata, tidak lagi menemani.
Masih belum bisa membayangkan, dia yang biasanya ada sejak pagi aku malas membuka mata hingga aku hendak memejamkan mata, tidak lagi menemani.
Rasanya ingin menangis setiap kali terbayang dia.
Bahkan foto terbaru di galeri ponselku, adalah fotonya yang diambil tanggal 2 Februari. Empat hari yang lalu.
Namun mataku terlampau sakit untuk menangis lagi.
Kesedihan luar biasa menyelimuti hati. Mengingat hari ini adalah hari terakhirku bisa melihatnya.
Tangan ini masih ingin memeluk, hati ini ingin menyayangi, berupaya menjaganya dengan baik.
Tangan ini masih ingin memeluk, hati ini ingin menyayangi, berupaya menjaganya dengan baik.
Namun takdir berkata lain. Dia tidak berumur panjang.
Siapa sih?
Bukan, dia bukan anggota keluargaku.
Tapi dia sudah kuanggap seperti anggota keluarga.
Karena kehadirannya membuat kebersamaan kami semakin terasa hangat.
Karena kehadirannya membuat kebersamaan kami semakin terasa hangat.
Bukan juga seorang teman.
Karena sekali lagi, dia sudah kuanggap sebagai keluarga.
Karena sekali lagi, dia sudah kuanggap sebagai keluarga.
Memang, dia bukan kucing ras mahal nan cantik. Yang butuh perawatan berjuta-juta.
Dia hanya kucing biasa. Dan ini mungkin juga terdengar berlebihan sekali.
Tapi aku, dan seluruh anggota keluargaku sangat menyayanginya.
Kucing perempuan dengan tingkah yang lucu, namun harus mati karena sakit yang kami semua juga tidak tahu apa namanya.
Yang jelas ia sempat mengerang kesakitan sebelum mati. Tanpa ada luka luar, atau apapun itu.
Beberapa hari ini dia tidak mau makan, entah kenapa.
Kami menduga dia hamil, karena dia kucing perempuan.
Jadi tidak ada pertolongan pertama yang dilakukan saat dia mogok makan.
Ternyata kamu sakit, Tompel....
Pagi hari, dia yang biasanya membangunkan dengan menggigit kaki atau tanganku.
Kemudian siang hari, dia yang selalu berlari keluar rumah untuk menyambut kepulanganku.
Dia yang paling suka usil dengan kucing lainnya, dia yang paling tenang ketika jam makan tiba.
Dia kucing perempuan yang tidak seperti kucing perempuan pada umumnya.
...
Mulai besok, dia tidak lagi berkeliaran di rumahku.
Tidak ada lagi yang menggigitku untuk membangunkan. Tidak terdengar lagi suara meong yang serak. Tidak ada lagi yang tidur di atas kulkas.
....
Kalung merah dengan lonceng kuning emas itu tergantung di dinding.
Sudah tidak berguna lagi.
.
Aku hanya tidak bisa membayangkan bagaimana hancurnya
jika ditinggal pergi oleh orang yang kita sayangi.
Ditinggal pergi oleh dia yang adalah manusia.
.
0 komentar