Yang Baru di Duapuluh
09 Juni
Pada usia ke dua puluh tahun–usia yang tidak pernah kutunggu
kedatangannya–ada begitu banyak hal baru yang kuketahui dan kupelajari pada
planet biru ini.
Yang paling
mendasar dan terutama, tentunya pekerjaan.
Pada akhir tahun 2018 kemarin, aku mendapat pekerjaan. Dan ini otomatis mengubah banyak aspek dalam kehidupanku.
Pada akhir tahun 2018 kemarin, aku mendapat pekerjaan. Dan ini otomatis mengubah banyak aspek dalam kehidupanku.
Tadinya tanggung jawabku hanya terkait dengan buku, jurnal, neraca, nominal palsu yang tak pernah ada, atau bahkan sekadar lewat saja di rekeningku.
Klimaksnya terletak pada angka, atau 5 huruf pertama
dalam abjad, yang kemudian dicetak pada secarik kertas (katanya, kertas ini tidak boleh hilang).
Tidak ada hal yang benar-benar berarti dalam benakku. Hidup
perkuliahan hanya berisi nilai, kepanitiaan, hura-hura, yang tidak
membawa banyak manfaat.
Mendadak
duniaku berubah drastis.
Bukan hanya mempengaruhi aspek ekonomi, dengan pekerjaan yang ada tanggung jawabku pun berubah menjadi ‘Tanggung Jawab Sebenarnya’. Yang kalau tidak kukerjakan, banyak pihak dirugikan.
Bukan hanya mempengaruhi aspek ekonomi, dengan pekerjaan yang ada tanggung jawabku pun berubah menjadi ‘Tanggung Jawab Sebenarnya’. Yang kalau tidak kukerjakan, banyak pihak dirugikan.
Meski tidak semua tanggung jawab dan kewajiban itu mudah dikerjakan, dan
menyukakan hati.
Dan dalam
pekerjaan ini, aku mulai melihat dunia yang selama ini kukira hanya seluas pekarangan
rumah. Padahal luasnya teramat amat sangat.
Ada hal-hal sederhana yang tidak pernah kutahu keberadaannya, hal-hal baru yang tidak mudah dilakukan, dan ada juga jenis-jenis manusia yang tak pernah kusangka ada di bumi.
Seperti
manusia yang begitu mudah sekali mencomot topik, habiskannya bersama manusia lain, lalu menjadi akrab dalam
semenit.
Manusia yang begitu mudah melihat setitik nila dalam tangki manusia lain padahal cangkir mungilnya dipenuhi nila legam nan pekat.
Pula, manusia yang rela hamburkan isi dompetnya ‘tuk fasilitasi kebersamaan dengan manusia-manusia lain. Tak peduli seberapa banyak itu, yang penting bisa berkumpul, berbagi cerita, dan tertawa bersama hingga hari berganti.
Manusia yang begitu mudah melihat setitik nila dalam tangki manusia lain padahal cangkir mungilnya dipenuhi nila legam nan pekat.
Pula, manusia yang rela hamburkan isi dompetnya ‘tuk fasilitasi kebersamaan dengan manusia-manusia lain. Tak peduli seberapa banyak itu, yang penting bisa berkumpul, berbagi cerita, dan tertawa bersama hingga hari berganti.
Ada begitu banyak manusia di bumi. Dan tampaknya planet ini terlampau kecil
untuk menampung semuanya. Maka bukan tak mungkin kita akan berpapasan,
bersinggungan, atau bahkan bergesekan dengan manusia lain ketika menjalani hidup.
Penguasaan diri menjadi hal yang penting dalam situasi ini, agar gesekan-gesekan yang ada jangan sampai menimbulkan api besar yang membakar dan menghanguskan banyak hal.
Penguasaan diri menjadi hal yang penting dalam situasi ini, agar gesekan-gesekan yang ada jangan sampai menimbulkan api besar yang membakar dan menghanguskan banyak hal.
Menjadi dua puluh, membuatku merasa bahwa masih ada sekian tanggung jawab lagi yang akan segera ditangguhkan padaku, selain pekerjaan. Masih ada banyak hal dalam planet ini yang belum kupahami, yang harus kupelajari. Dan masih ada begitu banyak pe-er dengan konsekuensi jangka panjang yang harus kukerjakan.
Ah, kalau bisa request, aku ingin sweet seventeen terus saja.
1 komentar