Filosofi Sakit Gigi

06 Februari

Sekitar dua minggu terakhir ini, saya tidak bisa makan dengan nyaman, tersenyum ataupun tertawa lebar, bahkan untuk bicara saja susah, harus menahan sakit.
Saya jadi hemat sekali berbicara, kalau bisa hanya berkomunikasi dengan gumaman yang dimainkan intonasinya.



Barisan gigi geraham belakang, sebelah kanan saya sepertinya lubang. Dan sakitnya luar biasa. Sampai rasanya kepala ikut pusing, sekujur tubuh pun lemas. Suara berisik membuatnya semakin cekot-cekot. Ternyata benar apa yang biasa terlihat di TV, penampakan emak-emak dengan rol rambut dan koyo yang menempel di pipi, tak lupa dengan sengat kemarahannya atas suara berisik yang membuat gigi terasa semakin sakit. Memang seperti itu rasanya sakit gigi.

Saya jadi teringat dengan lagu dangdut yang liriknya mengatakan 'Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati ini'
Lebih baik apanya? Rasanya saya ingin protes pada penulis lirik tersebut yang menyesatkan. Nyatanya sakit gigi membuat semua aktivitas terganggu. Terutama, komunikasi pada orang lain.

Sakit ini tak bertambah baik, melainkan kian mencekam, kian hari.


Dari sini saya belajar banyak hal, betapa berharganya sebuah senyuman, juga sebuah ucapan ketika sakit gigi mencekam datang menghantui.
Seringkali saya menjawab sekenanya saat ditanya orang tua karena malas dan sudah lelah. Namun saat sakit gigi, saya jadi ingin bercerita banyak hal, hanya saja sakit ini begitu tak tertahankan hingga saya hanya bisa mengangguk dan menggeleng ketika ditanya.

Memang begitu ya, kita, manusia.
Suka meremehkan apa yang dimiliki, dan baru merengek, meminta pengembalian, menangis merasa kehilangan, merasa memiliki justru saat kehilangan.

Tak heran, semesta sengaja membuat cerita-cerita kehilangan.
Yang sebagian berakhir bahagia.
Hilang, lalu ditemukan.
tersesat, lalu kembali pulang.

Dan sebagian lainnya berakhir sedih
bahkan lebih dari tragis.
Hilang, begitu saja.
Pergi, tanpa pamit. Dan hilang selamanya.


Beruntung jika yang hilang masih bisa kembali,
karena darinya kita bisa belajar menghargai.
Segala yang ada, sekalipun tampak remeh, begitu mudah didapatkan. Seperti kedipan mata, atau tarikan napas misalnya.
Tapi jika tidak ada kesempatan untuk memperbaiki? Ya sudah, supaya kita bisa berhati-hati lain kali.
Supaya kisah kita bisa menjadi pedoman bagi manusia lain. Karena waktu yang kita punya terlalu singkat jika ingin mencicipi semua.


Eh, sudah ya.
Saya harus ke dokter gigi sekarang.
Semoga bermanfaat.

You Might Also Like

0 komentar

Music

nlart · Maru