Jumat, 24 Mei 2019 - Kunjungan

24 Mei


Hari ini, aku pergi bersama beberapa rekan kerjaku untuk mengunjungi jemaat.

Sedang suntuk, akupun langsung mengiyakan ajakan mereka tanpa pikir panjang. Hitung-hitung refreshing sejenak dari AC, suara keyboard, sinar monitor, beserta segala tugas yang menanti.


Awalnya, kami mengunjungi seorang nenek yang sudah opname sekitar dua minggu di RSUD Sidoarjo. Tulang pinggulnya bergeser sebab jatuh di rumah. Umurnya sudah 87 tahun, namun punya daya ingat kuat, masih bisa bernyanyi, mengingat nama anak-anak, juga teman-temannya.


Berikutnya, kami mengunjungi seorang nenek (lagi) pada sebuah rumah klasik nan sederhana di Surabaya. Umurnya sudah genap satu abad, dan menderita penyakit tua. Yang satu ini sudah agak kesulitan mengingat orang, kurang bisa lancar berbicara, meski suaranya masih lantang dan tegas.

Terakhir, (lagi-lagi) seorang nenek yang dirawat di Rumah Sakit, tak jauh dari kantor kami (gereja). Umurnya 85, tatapannya sudah begitu lemah, dan tak mampu banyak berbicara. Banyak selang melekat di tubuhnya, berbagai peralatan medis–yang tak kutahu namanya–berjejer di dekat tempat tidurnya.


Mereka semua berasal dari latar belakang yang berbeda, dengan penyakit berbeda, dan umur yang juga berbeda. Namun ada satu hal yang sama, selain gender-nya. 
Mereka semua sama-sama bergantung pada orang lain.
Maksudnya, tidak lagi dapat beraktivitas dengan normal, semua harus dibantu orang lain. Mulai dari makan, buang air, atau bahkan sekadar menaikkan posisi tidur saja.

Dan ketiganya sama-sama menginginkan keberadaan anak, serta keluarga di sisi mereka.
Untuk merawat, menjaga, atau setidaknya, menemani saja.
Mereka semua sama-sama merindukan kehangatan kasih, kepedulian yang tulus dari anggota keluarga mereka. Namun tak semua mendapatkannya.
Miris sekali, kan?


Ini membuatku sangat merasa bersyukur kalau masih dikaruniai kesehatan, kemampuan untuk berjalan, bergerak dengan bebas, dan bisa pergi ke mana saja dengan sesuka hati tanpa perlu merepotkan orang lain.
Aku jadi teringat dengan sebuah quotes yang kulupa ditulis oleh siapa:

Ada dua hal yang seringkali diremehkan banyak orang ketika memilikinya, yaitu kesehatan dan waktu.

Kira-kira seperti itulah bunyinya.


Ya, benar.
Akhir-akhir ini pun aku merasa suntuk, merasa bosan dengan rutinitas hidup yang begini-begini saja. Bangun pagi, membantu orang tua, berangkat kerja, lalu pulang, dan melakukan serangkaian hal tak berguna, yang kemudian membuatku terjebak dalam kebosanan.

Aku ingin hidup seperti dia, yang bisa beli ini-itu. Aku ingin hidup seperti dia, yang bisa pergi ke sana kemari. Aku ingin hidup seperti dia, aku ingin ini, aku ingin itu.

Aku sepertinya terlalu menghayati lagu Doraemon yang tidak realistis itu, ya.



Oh, betapa tidak bersyukurnya diriku yang diberi karunia luar biasa ini.

You Might Also Like

0 komentar

Music

nlart · Maru