Cara Berpuisi

07 Januari

Belakangan ini, saya tertarik pada puisi.
Di buku catatan, di ponsel, atau lembar coret-coretan, puisi akan sangat mudah ditemui di sekitar saya.
Hingga akhirnya saya membulatkan tekad untuk membuat akun berisikan puisi-puisi yang selama ini hanya tersimpan di kertas, di buku, atau di kepala.

Dan suatu ketika, ada seorang yang bertanya pada saya.
'Gimana sih cara bikin puisi? Aku pengen bikin puisi-puisi kayak kamu.'

Pertanyaan sederhana.
Jawabannya yang tidak.




Karena bagi saya, puisi itu bukan sebuah karya sastra, sebuah bacaan semata.
Dan tidak ada patokan tertentu dalam menulis puisi.

Lalu, bagaimana cara membuat puisi? Tuangkan saja apa yang kau rasakan ke dalam kata. Atau mungkin apa yang ingin kau ceritakan.
Menurut saya, puisi tidak perlu dibatasi dengan tanda baca, ejaan, dan serentetan peraturan lainnya. Karena dalam setiap titik, setiap spasi, semua itu sarat akan makna.
Dan setiap orang tentu memiliki gayanya tersendiri dalam menulis puisi.

Ada yang suka berekspresi dengan spasi, ada yang suka berekspresi dengan titik, dan lain sebagainya.
Jadi untuk bisa berpuisi, tulislah saja apa yang kau rasakan dengan bebas. Tak perlu pedulikan segala aturan itu terlebih dulu.
Yang pasti, puisi itu harus ditulis dengan hati, bukan cuma dengan pena.

Karena (sekali lagi) bagi saya, puisi itu bukan cuma kata-kata puitis, yang disusun rapi. Memperhatikan diksi, menggunakan majas ini-itu.
Puisi itu bagian dari jiwa. Puisi itu bahasa jiwa. Ditulis dengan jiwa, untuk disampaikan pada jiwa-jiwa yang lain.

Jadi tak perlulah bingung-bingung bagaimana cara membuatnya. Asalkan ditulis dengan hati, saya bisa katakan itu puisi.


Perbaiki Kemudian

Ada quotes yang pernah saya dengar. Kita bisa memperbaiki apa yang sudah kita tulis, kita tidak bisa memperbaiki halaman kosong. Quotes yang aslinya berbahasa Inggris, yang saya juga lupa dikatakan siapa.
Ini jadi penyemangat bagi saya dalam menulis apapun. Tak usah pedulikan banyak hal, yang penting segera tulislah. Karena menulis itu sebenarnya berbicara tentang spontanitas. Ketika inspirasi datang, atau ada momen yang tepat, segera tulis itu!
Beberapa kali saya menunda ketika mendapat inspirasi, karena malas, atau sedang sibuk. Namun ketika ada waktu luang, dan saya berusaha menuliskan inspirasi yang tadi didapat, rasanya sudah berbeda. Seakan-akan semua ide itu hilang, dan jadi sangat tidak menarik.
Bawalah notes kecil kemanapun, atau bisa menggunakan aplikasi di smartphone. Baru kemudian perbaiki lagi ketika ada waktu.


Semua penulis, entah penulis apapun itu membutuhkan kosakata sebagai senjata utamanya. Jadi kita harus memiliki perbendaharaan kata yang luas untuk bisa menulis puisi dengan apik.
Kadang ada beberapa kata tertentu yang bisa menambahkan kesan lebih meski memiliki arti sama. Jadi, kalau kamu ingin menulis puisi, harus banyak-banyak juga membaca puisi.

Berikutnya adalah rima, atau persamaan bunyi di setiap baris.
Ini sebenarnya tidak jadi keharusan bagi saya, karena saya lebih mementingkan makna ketimbang struktur. Namun adanya rima ini bisa menambah keelokan sebuah puisi. Membuat pembaca tergugah dengan keunikan, kejeniusan penulis yang bisa menyusun kata dengan begitu indah.



Tak perlu takut, mulailah menulis.
Jam terbang juga akan mempengaruhi hasil puisimu. Jadi teruslah berkarya.



Jadi, masih ragu untuk membuat puisi?

You Might Also Like

0 komentar

Music

nlart · Maru