Kemerdekaan Sejati
17 AgustusApa yang membuat sesuatu layak disebut 'merdeka'?
Lagu-lagu bernada nasionalis berkumandang.
Merah-putih pun menjadi corak yang mendominasi jalanan kota, perkampungan, hingga kantor dan berbagai lembaga lainnya.
Tak lupa dengan kisah tokoh-tokoh penting yang diulas kembali dalam berbagai acara
demi membangkitkan rasa syukur dan jiwa nasionalisme para pendengarnya.
Memang, kita hidup dalam anugerah, dan selayaknya kita mengucapkan banyak terima kasih kepada para pendahulu yang berjuang keras memerangi penjajah.
Kini kita hidup dalam kenyamanan dan keamanan dalam negara.
Namun, apakah 'merdeka' selesai sampai di sana?
Nyatanya setelah proklamasi kemerdekaan, masih banyak tugas yang belum rampung bahkan setelah tujuh puluh empat tahun berlalu.
Dan menurutmu, apa kita sudah benar-benar merdeka?
Apa yang membuat kita layak disebut 'merdeka'?
Jadi bisa dikatakan bahwa kita benar-benar merdeka ketika kita bebas.
Namun adakah kebebasan yang absolut?
Bebas yang sebebas-bebasnya, tanpa batasan.
Sekalipun kita semua terlahir dengan Hak Asasi Manusia yang menuntut sekian kebebasan berperilaku sebagai manusia, nyatanya tetap saja ada batasan dalam kebebasan.
Tapi jika demikian, kata 'merdeka' takkan pernah bisa terucap, bukan?
Sebab dalam keterbatasan pun, tetap ada sekelumit kebebasan yang bisa kita genggam.
Seperti kebebasan bernapas, berkedip, dan berpikir, misalnya.
Lalu, apa makna kemerdekaan sejati?
Bebas dari kebodohan? Kemiskinan? Kelaparan? Dan bebas dari sekian hal-hal lainnya?
Merdeka hanya jadi sebuah kata utopis jika kita membayangkan hidup sejahtera, bergelimang kebahagiaan hingga akhir hayat.
Merdeka akan jadi mitos semata jika kita membayangkan kebebasan yang absolut, tanpa batas. Sedangkan selagi di bumi, kita hidup berdampingan dengan manusia lain, kita dibatasi oleh atmosfer, serta ruang dan waktu yang bertepi.
Kemerdekaan sejati sebenarnya ada di sana,
di dalam tempurung kepalamu,
serta bersarang di lubuk hatimu.
Kemerdekaan sejati tidak diproklamasikan para pejuang bangsa, atau pejabat-pejabat negara,
melainkan dirimu sendiri
yang memilih untuk bersyukur, menikmati segala kekurangan dan kelebihan,
serta memilih untuk bahagia dengan semuanya.
Kemerdekaan sejati bergantung pada diri kita, yang memilih untuk merdeka
bukan bergantung pada teman, kerabat, orang tua, apalagi situasi yang fluktuatif.
Jadi,
apa kamu sudah merdeka?
0 komentar