SMA? Huh

29 Juni

Tiapkali orang-orang berbincang, ceritakan kisah lucu tentang masa SMA mereka,
aku hanya bisa tertawa, tanpa sanggup membalasnya.


Yah, karena memang tak ada banyak hal yang bisa diceritakan mengenai masa SMA-ku.
Ah, lebih tepatnya SMK.
Aku mengambil jurusan Multimedia di salah satu SMK Negeri Surabaya.



Dulu, aku adalah orang yang sangat sangat teramat diam, cuek, tidak peduli dengan sekitar.
Meski ada sejuta kesempatan yang menganga di depan, siap menelanku.
Aku selalu berhasil menghindari taring-taringnya yang jatuh menutup, menusuk, dan sebenarnya mampu mengubahkan itu.


Eskul?
Mulanya, aku sangat tertarik mengikuti eskul-eskul yang dipentaskan pada masa ospek.
Nyatanya, tak ada satupun eskul yang benar-benar kuikuti atas dasar kecintaan.

Bahasa Jepang?
Hanya di semester awal kelas satu.
Lalu setelahnya aku lebih memilih untuk kabur dan cangkruk* bersama teman-teman di kantin.
Sampai guru eskul Jepang mengobrak-abrik grup cangkrukan kami.

Band?
Aku dan satu teman dekatku sudah berniat ikut.
Kami datang siang-siang hari Sabtu. Berdiri di depan pintu ruang band, sambil eyel-eyelan siapa yang masuk duluan.
Lalu memutuskan mulai minggu depan saja mulai ikut.
Minggu depannya begitu lagi, dan lagi, dan lagi, sampai ganti semester, lalu naik kelas, dan lupa.

Persekutuan Doa?
Terpaksa ikut. Karena ada beberapa agama di sekolah ini, dan tiap siswa diwajibkan mengikuti eskul kerohaniannya masing-masing.
Ya sudahlah, aku ikut.
Tapi sering kabur dengan bersembunyi di kelas, di belakang meja guru, bermain game di ponsel.
Sementara temanku yang satunya berusaha kabur juga, tapi tertangkap.
Hahahahahahahahhahahaha.


Tidak ada banyak hal yang bisa kuceritakan selain jam-jam pulang sekolah yang didominasi dengan cangkruk di kantin,
membicarakan hal-hal lucu, dan tertawa bersama sampai menangis.
Atau keseruan shooting film pendek sebagai tugas kelompok yang harus memblokade jalan utama di koridor Pariwisata dan Perhotelan.
Keseruan izin ke toilet tapi ke kantin, atau ke kopsis**, dengan Maicih di saku, dan donat gula yang disembunyikan mati-matian, sungguh memacu adrenalin.
Atau suara sempritan dan pukulan sapu lidi Pak Edi yang membubarkan geng gosip beberapa menit sebelum upacara rutin di hari Senin.


Ternyata banyak juga, dan rasanya bisa jadi sebuah novel kalau kutulis semua.
Sekarang aku jadi senyum-senyum sendiri mengingat segala kekonyolan itu, bahkan ingin kembali ke masa itu. Saat usiaku masih belasan tahun.


Setiap pribadi memiliki kenangan tersendiri, yang belum tentu lebih indah, belum tentu mengesankan untuk dibagi. Namun kenangan punya kesannya masing-masing pada tiap individu yang jadi induknya.
Kenangan punya kekuatan magis yang cuma bekerja pada pribadi terkait, cuma bekerja dari sudut pandang tertentu, tidak dengan yang lainnya.

Ya sudah, disimpan baik-baik, dijaga baik-baik.

You Might Also Like

1 komentar

Music

nlart · Maru