Ingin singgah sebentar, katanya.
Maka kubiarkan ia duduk
pada pelataran yang kering.
Meski sejenak, hadirnya begitu nyata.
Ada secercah harap, bahwa hari yang terik akan segera berakhir.
Tiada lagi peluh, atau lelah yang bebani punggungmu.
Sinar mentari sudah pergi diusir hujan.
Tiada lagi resah, angin dingin telah berhembus,
hapus air mata hangatmu.
Jadi kubiarkan ia menetap, meski ia tak pernah setuju untuk menetap.
Maka setelah awan hantarkannya, ia pergi.
Tanpa pertanda, atau ucapan perpisahan.
Tinggalkan kenangan yang bertebaran.
Akhir-akhir ini, populasi Manusia Wacana meningkat pesat.
Mungkin karena banyak terjadi perkawinan silang antara waktu dengan teknologi yang menciptakan gen individualis begitu sel telur dan sel sperma bertemu di rahim.
Mulai dari macet, kesiangan, acara keluarga, tidak bawa dompet, dan 1001 alasan kreatif nan klise lainnya seringkali digunakan sebagai sarana pembatalan janji bertemu, juga beribu-ribu janji yang pernah dan masih ada di dunia.
Sebenarnya tak ada yang salah dengan itu, selama apa yang dikatakan memang benar-benar terjadi, bukan didasari unmood, mager, lupa, dan hal-hal tak masuk akal lainnya.