Resensi-resensian : Akar
04 Mei
Akhirnya selesai juga baca buku ini!!!
For your information, aku belum pernah menulis resensi atau review buku. Dan tidak berniat menjadikan artikel ini sebagai review. Hanya ingin berbagi kesan pesan selama membaca buku ini. Jadi, mohon maklum atas segala kekurangan yang ada :D.
Sebenarnya keinginan mengkoleksi buku karya Dewi Lestari (DEE) sudah muncul sejak aku masih duduk di bangku SMK. Apalagi waktu itu sedang gencar-gencarnya promosi Supernova di berbagai toko buku.
Memang, waktu itu aku belum kenal dengan tulisan DEE, lebih tepatnya belum pernah baca.
Namun desain cover yang unik membuatku tertarik menyentuh buku-buku itu dan membaca sinopsisnya. Sedikit informasi lagi, aku adalah tipe pembaca yang menjadikam cover sebagai nilai pertimbangan akan menyentuhnya atau tidak.
Mulai dari Supernova #1, Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh, aku membulatkan tekad untuk menyimpan uang jajan dan membeli buku itu.
Dann, itu keputusan yang sangat tepat! Aku sama sekali tidak menyesal.
Sayangnya, aku jadi penasaran dengan supernova-supernova yang lain. Dan, cukup berat untuk menabung dan membelinya satu persatu.
Sampai akhirnya saudaraku dari Jakarta mengirim sebuah paket berisi buku-buku karya DEE.
OHH SENANGNYAA!!!
.
Setelah selesai membaca Supernova #1, akupun mulai membaca seri Akar pada awal April kemarin.
Masih kuingat betul, halaman-halaman pertamanya kubaca sambil duduk di kursi tunggu Rumah Sakit. Menunggu giliran cabut gigi.
Diperlukan waktu dan tekad kuat untuk menyelesaikan seri ini.
Karena bagiku, ceritanya agak rumit.
Intinya, pada seri ini tokoh Bodhi yang digambarkan berperawakan gempal dan botak menjadi tokoh utama.
Tidak ada yang spesial dengannya, bahkan ia berharap bisa segera berjumpa dengan maut. Namun ia selalu lolos ketika maut mendekat.
Unik, memang.
Membaca buku ini tidak terasa seperti membaca novel. Dewi Lestari mampu menyajikan latar, dan setiap kejadian, serta tokoh-tokoh di dalamnya terasa begitu hidup dan nyata.
Ini seperti sebuah catatan perjalanan yang ditulis Bodhi sendiri.
Hanya saja, seri ini terasa tidak nyambung dengan seri Supernova sebelumnya. Meski ada sedikit cerita tentang hilangnya Diva dan kepanikan Gio di bagian awal.
Sempat aku berniat untuk membaca ulang buku ini, untuk memahami ceritanya. Tapi rasanya aku tidak sanggup.
Ada banyak tokoh, dan banyak perjalanan yang dilalui Bodhi, tanpa aku tahu benang merahnya.
Ya, mungkin karena Bodhi digambarkan tidak punya tujuan, maka ia mengalir saja kesana-ke mari.
Terlepas dari itu, Dewi Lestari menyajikan banyak rangkaian kalimat menohok yang diolahnya dengan begitu apik, puitis, cocok pula untuk dijadikan caption post Instagram 😁.
Penilaianku pribadi sih, aku kurang suka sama alur ceritanya. Cuma suka sama quotes dan narasinya aja yang keren.
2 dari 5 bintang lah..
For your information, aku belum pernah menulis resensi atau review buku. Dan tidak berniat menjadikan artikel ini sebagai review. Hanya ingin berbagi kesan pesan selama membaca buku ini. Jadi, mohon maklum atas segala kekurangan yang ada :D.
Sebenarnya keinginan mengkoleksi buku karya Dewi Lestari (DEE) sudah muncul sejak aku masih duduk di bangku SMK. Apalagi waktu itu sedang gencar-gencarnya promosi Supernova di berbagai toko buku.
Memang, waktu itu aku belum kenal dengan tulisan DEE, lebih tepatnya belum pernah baca.
Namun desain cover yang unik membuatku tertarik menyentuh buku-buku itu dan membaca sinopsisnya. Sedikit informasi lagi, aku adalah tipe pembaca yang menjadikam cover sebagai nilai pertimbangan akan menyentuhnya atau tidak.
Mulai dari Supernova #1, Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh, aku membulatkan tekad untuk menyimpan uang jajan dan membeli buku itu.
Dann, itu keputusan yang sangat tepat! Aku sama sekali tidak menyesal.
Sayangnya, aku jadi penasaran dengan supernova-supernova yang lain. Dan, cukup berat untuk menabung dan membelinya satu persatu.
Sampai akhirnya saudaraku dari Jakarta mengirim sebuah paket berisi buku-buku karya DEE.
OHH SENANGNYAA!!!
.
Setelah selesai membaca Supernova #1, akupun mulai membaca seri Akar pada awal April kemarin.
Masih kuingat betul, halaman-halaman pertamanya kubaca sambil duduk di kursi tunggu Rumah Sakit. Menunggu giliran cabut gigi.
Diperlukan waktu dan tekad kuat untuk menyelesaikan seri ini.
Karena bagiku, ceritanya agak rumit.
Intinya, pada seri ini tokoh Bodhi yang digambarkan berperawakan gempal dan botak menjadi tokoh utama.
Tidak ada yang spesial dengannya, bahkan ia berharap bisa segera berjumpa dengan maut. Namun ia selalu lolos ketika maut mendekat.
Unik, memang.
Membaca buku ini tidak terasa seperti membaca novel. Dewi Lestari mampu menyajikan latar, dan setiap kejadian, serta tokoh-tokoh di dalamnya terasa begitu hidup dan nyata.
Ini seperti sebuah catatan perjalanan yang ditulis Bodhi sendiri.
Hanya saja, seri ini terasa tidak nyambung dengan seri Supernova sebelumnya. Meski ada sedikit cerita tentang hilangnya Diva dan kepanikan Gio di bagian awal.
Sempat aku berniat untuk membaca ulang buku ini, untuk memahami ceritanya. Tapi rasanya aku tidak sanggup.
Ada banyak tokoh, dan banyak perjalanan yang dilalui Bodhi, tanpa aku tahu benang merahnya.
Ya, mungkin karena Bodhi digambarkan tidak punya tujuan, maka ia mengalir saja kesana-ke mari.
Terlepas dari itu, Dewi Lestari menyajikan banyak rangkaian kalimat menohok yang diolahnya dengan begitu apik, puitis, cocok pula untuk dijadikan caption post Instagram 😁.
Penilaianku pribadi sih, aku kurang suka sama alur ceritanya. Cuma suka sama quotes dan narasinya aja yang keren.
2 dari 5 bintang lah..
0 komentar